Dampak Industri Tahu/Tempe Terhadap Lingkungan

 Latar Belakang 

Semua orang, dari kalangan bawah hingga atas, menyukai tahu dan tempe. Sudah lama diakui sebagai makanan yang murah, sehat, dan kaya nutrisi. Industri tahu dan tempe dapat ditemukan di hampir setiap kota di Indonesia. Industri tahu dan tempe biasanya merupakan bisnis kecil yang dikelola oleh rakyat, dan beberapa di antaranya tergabung dalam Koperasi Pengusaha Tahu dan Tempe (KOPTI). 

Salah satu sumber pencemar adalah industri, yang memengaruhi lingkungan air, udara, dan darat. Emisi yang dihasilkan oleh industri semakin meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas industri. Industri tahu dan tempe adalah salah satu sektor yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Secara umum, industri tahu dan tempe masih menghadapi masalah dalam penggunaan sumber daya yang tidak efisien, terutama dalam hal penggunaan air dan energi, serta pengelolaan limbah yang tidak memenuhi standar, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. 

Pada tahun 2020, industri tahu di Indonesia sebanyak 160.000, sedangkan industri tempe sebanyak 81.000 (Badan Pusat Statistik, 2020; Badan Standarisasi Nasional, 2012). Konsumsi tahu dan tempe per orang juga meningkat. Konsumsi tahu per kapita rata-rata pada tahun 2020 adalah 0,153 kg per minggu, tetapi naik 3,27% menjadi 0,158 kg per minggu pada tahun 2021. Konsumsi tempe juga meningkat, dari 0,140 kg per minggu pada tahun 2020 menjadi 0,146 kg per minggu pada tahun 2021 (Badan Pusat Statistik, 2021). Data ini menunjukkan kemungkinan peningkatan aktivitas industri dapat mencemari lingkungan. 

Air adalah salah satu bahan pembantu yang paling banyak digunakan dalam produksi tahu dan tempe, dan untuk mewujudkan suatu industri yang berkelanjutan, sangat penting untuk memperhatikan efisiensi penggunaan air selama proses produksi. Limbah cair industri dan tempe mengandung bahan pencemar yang berbahaya apabila dibuang ke lingkungan tanpa pengelolaan yang tepat, dan penggunaan air yang tidak efisien di industri dapat menyebabkan peningkatan volume air limbah. Selain masalah pengelolaan limbah dan inefisiensi, tentunya masih ada banyak kondisi yang perlu diperbaiki jika industri ingin meningkatkan produk yang dihasilkan dan kualitas lingkungannya. 

Rumusan Masalah

1.     1. Apa saja kandungan limbah pada industri tempe/tahu.

2.    2. Bagaimana proses pembuangan limbah pada industri tempe/tahu.

3.    3. Bagaimana analisis dampak dari pembuangan limbah cair tempe/tahu pada lingkungan.

4.    4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan untuk menanggulangi limbah cair tempe/tahu pada lingkungan?

 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan limbah pada industri tempe/tahu.

2.   2. Untuk mengetahui proses pembuangan limbah pada industri tempe/tahu

3.   3. Untuk mengetahui dampak dari pembuangan limbah cair tempe/tahu pada lingkungan

4.   4.  Untuk mengetahui solusi untuk menanggulangi limbah cair tempe/tahu pada lingkungan.

Pembahasan

Industri Tahu

Pengolahan makanan dari bahan baku kedelai adalah bisnis yang dikenal sebagai industri tahu, yang merupakan salah satu industri skala kecil yang menghasilkan produk makanan berbahan dasar kedelai. Semua orang tahu bahwa proses pengolahan menghasilkan limbah padat dan cair, yang jika tidak ditangani dengan baik akan mencemari lingkungan.

Berikut merupakan limbah padat dari pengolahan industri tahu, limbah ini didapat setelah proses penyaringan ampas tahu.

(Gambar 1.1 Dokumentasi Pribadi)

Kebanyakan limbah padat tahu berasal dari proses pencucian, perebusan, pengepresan, dan pencetakan tahu. Jika tidak ditangani dengan baik, limbah ini dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas tanah, penurunan daya dukung lingkungan tanah di sekitar industri tahu, dan kematian organisme tanah.

Adapun limbah cair yang dihasilkan dari industri pembuatan tahu yaitu, air dadih, atau limbah tahu, adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu. Air dadih, yang mengandung polutan organik yang tinggi serta padatan tersuspensi dan terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi, merupakan sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu. Jika tidak ditangani dengan baik, limbah cair tahu dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan seperti penurunan kualitas air, penurunan daya dukung perairan di sekitar industri tahu, kematian organisme air, pertumbuhan alga, dan bau.

 

(Gambar 1.2 Dokumentasi Pribadi)


Industri Tempe 

Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi dengan memanfaatkan “ragi tempe” sebagai kultur jamur (Badan Standar Nasional, 2012). Jenis kedelai yang dipakai pada usaha rumah tempe yang dinaungi oleh KOPTI Kota Bandung ialah jenis kedelai impor. Menurut Sekarmurti dkk (2018), menyatakan bahwa pengrajin tempe lebih menyukai kedelai impor dikarenakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai lokal. Preferensi yang digunakan oleh para produsen tempe di antaranya yaitu ukuran kedelai besar, berbentuk bulat, dan berwarna kuning.

Secara umum, produk tempe diperoleh melalui beberapa proses, di antaranya yaitu pencucian, perendaman, pemecahan kedelai, perebusan, penirisan, peragian, dan fermentasi. Bahan pembantu yang paling banyak digunakan selama proses produksi adalah air. Penggunaan air yang tidak efisien menghasilkan banyak limbah cair.

Berikut limbah cair yang dihasilkan dari produksi tempe.

(Gambar 1.3 Dokumentasi Pribadi)

Limbah padat tempe adalah sisa padat yang dihasilkan dalam proses pembuatan tempe, seperti ampas perasan kedelai dan kulit kedelai. Berikut limbah padat yang dihasilkan dari produksi tempe.

(Gambar 1.4 Dokumentasi Pribadi)


Sektor Industri Tahu & Tempe

Di Indonesia, industri tahu dan tempe sangat diminati karena kedelai yang digunakan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Namun, produksi tahu dan tempe juga menghasilkan limbah dan polutan yang tidak dimanfaatkan. Industri tahu dan tempe menghasilkan limbah padat yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan dibuang langsung ke lingkungan, yang dapat mencemari udara dan air. Limbah padat terdiri dari ampas tahu saat memproduksi tahu dan kulit ari kedelai saat memproduksi tempe.

Produksi tahu dan tempe oleh UKM menghasilkan polutan dan limbah. Limbah cair dan padat berasal dari proses produksi. Limbah cair terdiri dari air bekas cucian, perendaman, dan pemasakan kedelai, sedangkan limbah padat terdiri dari kulit ari kedelai dan ampas tahu saat memproduksi tahu. Limbah yang dihasilkan dari industri tahu dan tempe biasanya dibuang langsung ke lingkungan, menyebabkan bau yang tidak sedap dan pencemaran air dan lingkungan.

Pembuatan tahu dan tempe masih sangat tradisional dan biasanya membutuhkan tenaga manusia. Industri dewasa ini berkembang sangat pesat, terutama industri rumah tangga, yang merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat. Industri rumah tangga termasuk dalam kelompok industri kecil, dan industri pembuatan adalah salah satu yang paling berkembang di kota dan pedesaan. Industri kecil biasanya memiliki peralatan sederhana. Sayangnya ditinjau dari segi lingkungan, berkembangnya industri kecil pada  tingkat  rumah  tangga  sangat membahayakan kehidupan  masyarakat, karena setiap industri rumah  tangga  ternyata  tidak  memperhatikan  tata letak  pabrik  maupun  sistem  pembuangan  limbah (Yahya,  2016).

 

Pemanfaatan Limbah

Limbah tahu dan tempe dapat berupa limbah padat atau cair, yang dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah padat biasanya dijual sebagai pakan ternak. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses proses pencucian dan perebusan, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu dan tempe volumenya cukup tinggi. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu  Air  Limbah,  Baku  Mutu  Air  Limbah  Bagi Usaha   Dan/Atau   Kegiatan   Pengolahan   Kedelai. Indikator   pencemar   bahan   organik   ditandai   oleh parameter BOD, COD, TSS, dan pH. Limbah  dari  pengolahan  tahu  dan tempe  mempunyai  kadar  BOD  sekitar  5.000 -10.000  mg/l,  COD  7.000 -12.000  mg/l. 

Dalam  industri  pembuatan  tahu  dan tempe dihasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, di pabrik ini limbah padatnya dibeli oleh para   peternak   untuk    di   buat    makanan   ternak sedangkan  untuk  limbah  cairnya  langsung  di  buang ke  saluran  pembuangan  dan  di  pabrik  ini  limbah cairnya belum diolah dengan baik.

Metode pengolahan lain limbah tahu dan tempe yang umum digunakan adalah pengolahan limbah cair dengan metode tepat guna, seperti saringan pasir. Metode ini dapat mengubah limbah cair menjadi limbah padat yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif. Selain itu, limbah padat tahu dan tempe dapat diolah menjadi pupuk organik untuk pertanian dan perkebunan.

Simpulan & Saran 

Simpulan

Berdasarkan kunjungan observasi yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem pengolahan limbah yang dilakukan oleh pengelola industri tahu & tempe menurut jenis limbah terbagi menjadi 2, antara lain (1) Limbah padat ditampung terlebih dahulu kemudian diperjualbelikan kepada peternak sapi dan domba (2) Limbah cair dialirkan melalui pipa kemudian dibuang langsung ke dalam saluran air, pengelola industri tahu & tempe belum mengolah limbah cair mereka.

2. Hasil penilaian menunjukkan bahwa industri tahu dan tempe yang tergabung dalam KOPTI (Koperasi Tahu & Tempe) Kota Bandung masih menghadapi beberapa masalah. Beberapa di antaranya adalah penggunaan air yang tidak efisien, peralatan produksi yang kurang higienis pada industri tahu, dan pemanfaatan limbah yang tidak optimal.

3. Pengolahan limbah cair dan padat dari industri tahu dan tempe harus dilakukan dengan cara yang efektif dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Saran

1. Mengingat bahwa pengelola industri rumah tangga tahu dan tempe belum mengolah limbah industri mereka khususnya limbah cair dan gas masih memerlukan peningkatan pembinaan.

2. Pemerintah harus memberikan solusi dan arahan kepada pemilik industri tahu dan tempe serta masyarakat umum tentang cara mengolah limbah tahu dan tempe dengan benar, terutama limbah cair.

3. Masih perlu ada upaya dari pihak berwenang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan, terutama bagi penduduk yang tinggal di sekitar industri rumah tangga tahu dan tempe.

 

Dosen Pengampu : Abdul Rojak. SE, MM

Disusun oleh : Windy Rahmaningsih (20323017)

Teknik Industri

 


 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Limit dalam bidang Industri

Definisi Diferensial (Tugas 2 Mandiri Mata Kuliah Kalkulus)

Sejarah dan Perkembangan Ergonomi