Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Ergonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ergon dan nomos. Ergon memiliki arti kerja (work), sedangkan nomos berarti aturan, hukum. Ergonomi berarti hukum kerja karena berasal dari kata ‘kerja’ dan ‘hukum alam’ (natural laws). Istilah ergonomi sendiri berkembang dengan istilah human engineering atau human factors. Human Engineering digunakan untuk mendeskripsikan rancangan yang tepat, diharapkan manusia dapat menggunakan hasil rancangan yang efektif tanpa mendapatakan tekanan (Sander S Mark S & McCormick Ernest, 1993).
Ergonomi
adalah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana membuat tempat kerja dan
pekerjaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan psikologis dan
tubuh manusia. Dalam beberapa literatur, bidang ini sering disebut dengan nama
"human factor" atau "faktor manusia". Definisi
ergonomi dan human factor sama, yaitu mempelajari sifat manusia
berdasarkan kelebihan dan keterbatasannya secara fisik dan psikologis. Keduanya
diterapkan dalam desain fasilitas kerja dan fasilitas kehidupan sehari-hari.
Ilmu
ergonomi berhubungan dengan bidang lain seperti psikologi, anatomi, fisiologi,
fisika, dan keteknikan. Salah satu cabang ilmu teknik industri dan desain
industri adalah ergonomi. Ketika ergonomi dipelajari lebih jauh, telah terbukti
bahwa ia tidak terlepas dari teori sistem. Sebenarnya, dunia ini adalah
kumpulan sistem, dan setiap sistem berjalan dan bekerja secara sistematis.
Frederick
Taylor dan pasangan Gilberth melakukan studi gerakan pada tahun 1800, mendorong
pemikiran tentang ergonomi. Taylor menekankan bahwa, meskipun pekerjaan dan
aktivitas manusia sederhana, semua harus dianalisis dan diperbaiki untuk
memaksimalkan kinerja manusia. Teori ini sejalan dengan Gilberth, yang berusaha
untuk menganalisis dan menilai cara kerja dilakukan. Gilberth membagi tindakan
menjadi komponen gerakan dasar yang disebut Therblig, dan kemudian
menghilangkan gerakan yang tidak berhasil dan berulang. Output dapat
ditingkatkan dengan mendesain ulang metode kerja dengan menghilangkan gerakan
yang tidak efektif ini.
Pemikiran
awal Taylor dan Gilberth inilah yang menciptakan studi gerak dan waktu serta
teknik manusia. Banyak bisnis menggunakan ide ini untuk analisis dan desain
interaksi manusia-mesin dalam proses produksi. Peningkatan produktivitas harus
dipimpin oleh manajemen, bukan hanya manusia dan mesin. Jastrzebowski pertama
kali menggunakan istilah ergonomi dalam karyanya Ergonomics; The Sciene of
Work pada tahun 1857. Namun, karya ini kurang dikenal karena konsep-konsep
ilmu ini terus berkembang.
Banyak
kritik terhadap kelemahan pandangan Taylor pada tahun 1920-1930 an menyebabkan
pemikiran tentang produktivitas berkembang. Sekarang diketahui bahwa faktor
sosial dan lingkungan memengaruhi produktivitas. Pada masa ini, studi tentang
bagaimana pencahayaan, waktu istirahat, durasi jam kerja, dan kelelahan
memengaruhi produktivitas manusia mulai dilakukan. Studi tentang perilaku dan
hubungan antar manusia di tempat kerja juga meningkat. Pada saat itu, ilmu human
engineering mulai menjadi lebih baik berkat eksperimen tentang perlakuan
lingkungan sosial.
Cikal
bakal ilmu ergonomi terus berkembang sampai perang dunia kedua. Pada saat ini,
bidang penelitian operasi sedang berkembang pesat tentang bagaimana mengatur
dan mengoptimalkan logistik selama perang. Ilmu ergonomi muncul sebagai hasil
dari keyakinan bahwa konsep sistem manusia dan mesin tidak cukup untuk
meningkatkan produktivitas yang optimal. Situasi saat ini adalah banyak
perusahaan yang berusaha meningkatkan produktivitasnya dengan menerapkan metode
baru dan membeli mesin baru. Mereka juga ingin mengoptimalkan desain metode
kerja dan mulai membuat alat untuk mengukur kecerdasan dan kepribadian manusia.
Pemikiran "Fit the man to the job" adalah jenis pemikiran ini. Orang
perlu dikondisikan agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan mereka.
Setelah manusia dipaksa untuk menyesuaikan diri, desain harus difokuskan pada
desain tempat kerja dan fasilitasnya.
Pandangan
ini kemudian menjadi kontroversial karena fakta bahwa manusia memiliki
keragaman yang sangat besar secara fisik, dan sulit untuk memaksa orang untuk
menyesuaikan diri bekerja di fasilitas kerja yang tidak dirancang dengan baik
untuk kenyamanan mereka. Kemudian muncul filosofi FJM, atau "menyesuaikan
pekerjaan dengan orang". Metode ini akan bermanfaat bagi manusia karena
desain sistem kerja harus mempertimbangkan fisiologi, psikologi, dan anatomi
manusia.
Pada tahun
1949, Murrell kembali menggunakan istilah ergonomi di Inggris. Murrell
berkonsentrasi pada pembuatan alat dan tempat kerja yang disesuaikan dengan
anatomi, fisiologi, ilmu kesehatan, desain, arsitektur, dan teknik pencahayaan.
Di Eropa, ergonomi awalnya dianggap sebagai bagian dari ilmu biologi, tetapi di
AS, disiplin yang serupa disebut human factors dan dianggap sebagai
bagian dari ilmu fisiologi yang digabungkan dengan teknik, psikologi, dan
teknik manusia.
Meskipun
keduanya berada di jalur pengembangan yang berbeda, faktor manusia dan ergonomi
memiliki banyak kesamaan. Sementara ergonomi Eropa secara tradisional lebih
terfokus pada ilmu dasar atau topik atau area aplikasi tertentu dan berkembang
lebih lambat, faktor manusia mulai dimasukkan ke dalam desain untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Sekarang ini, pembicaraan tentang faktor manusia dan
ergonomi telah jauh dikesampingkan. Bahkan di Amerika Serikat, Society of
Human Factors and Ergonomics adalah istilah yang digunakan oleh organisasi
yang mengkaji faktor manusia. Ini menunjukkan bahwa kedua istilah itu
sebenarnya berkaitan satu sama lain. Terutama, keduanya menggunakan pendekatan
"menyesuaikan pekerjaan dengan orang" (FJM).
Pada
awalnya, fokus ergonomi berkonsentrasi pada ergonomi fisik, seperti mengangkat
beban, gerakan berulang, dan lingkungan kerja seperti kebisingan dan
pencahayaan. Kemudian berkonsentrasi pada ergonomi kognitif, yang membahas
persepsi, pemusatan perhatian, dan pengambilan keputusan. Dengan menerapkan
ilmu ini pada desain peralatan, stasiun kerja, produk, dan metode kerja,
pendekatan ergonomi bertujuan untuk membantu manusia meningkatkan kinerjanya
secara optimal. Semua keterbatasan dan
kemampuan manusia dipertimbangkan dalam desain ini. Jika prinsip ergonomi tidak
diterapkan saat membangun sistem produksi, dapat muncul banyak masalah seperti
keselamatan dan kesehatan kerja, motivasi kerja yang rendah, kesalahan manusia
yang tinggi, turnover karyawan, kualitas produk yang buruk, dan tidak
tercapainya target produksi.
Praktisi
ergonomi membantu dalam perencanaan, desain, dan evaluasi tugas, pekerjaan,
produk, organisasi, lingkungan, dan sistem untuk membuatnya sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia.
Tujuan
Ergonomi:
- Meningkatkan Produktivitas: Tujuan ergonomi
adalah untuk membuat sistem kerja yang produktif dan berkualitas dengan memberi
pekerja kenyamanan dan kemudahan.
- Mengurangi
Risiko Cedera: Dengan membuat lingkungan kerja yang sesuai, ergonomi membantu
mengurangi risiko cedera atau penyakit akibat kerja, seperti gangguan
muskuloskeletal (MSDs) dan kelelahan fisik.
- Meningkatkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Ergonomi membantu menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan nyaman, yang dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental
karyawan.
- Meningkatkan
Kinerja Karyawan: Ergonomi dapat meningkatkan kinerja karyawan dengan
mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan kerja.
- Menciptakan lingkungan yang efektif, nyaman,
aman, sehat, dan efisien (ENASE).
Prinsip-prinsip Dasar Ergonomi
1. Human centered design
sebuah paradigma desain yang
mengutamakan kondisi psikofisilogis manusia, kebutuhan, dan perilaku selama
proses pembuatan produk atau sistem interaktif. Dengan memprioritaskan
kebutuhan pengguna sebagai titik utama desain, HCD bertujuan untuk membuat
sistem yang efektif, mudah digunakan, dan aman.
2. Fit
the job to the man
konsep penyesuaian pekerjaan dengan
karakteristik fisik dan psikologis manusia untuk meningkatkan kenyamanan dan
produktivitas. Konsep ini berfokus pada desain tugas, peralatan, dan lingkungan
kerja agar sesuai dengan kemampuan manusia, bukan sebaliknya, di mana manusia
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan tersebut.
3.
People are different
Membutuhkan
penyesuaian terhadap manusia, karena setiap manusia berbeda-beda.
4.
There is no the best way, but there is always
a better way
"Tidak ada cara terbaik,
tetapi selalu ada cara yang lebih baik" mengoptimalkan sistem dan proses
dengan terus-menerus mencari perbaikan atas metode yang ada.
5. Ergonomics
is economics
Hubungan antara ergonomi dan
ekonomi sangat erat karena penggunaan ergonomi dapat menghasilkan banyak
manfaat ekonomi, seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja,
pengurangan biaya kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup karyawan.
History
and Development Ergonomics
Ergonomics
etymologically comes from the Greek ergon and nomos. nomos. Ergon means work
(work), while nomos means rules, law. Ergonomics means the law of work because
it comes from the words 'work' and 'natural laws'. natural laws'. The term
ergonomics it self develops with the term human engineering or human factors.
Human Engineering is used to describe the right design, it is hoped that humans
can use the use the results of effective design without getting pressure
(Sander S
Mark S
& McCormick Ernest, 1993).
Ergonomics
is a scientific discipline that study of how to make workplaces and jobs that
are adapted with the psychological abilities and limitations of the human body.
In some literature, this field is often referred to as “human factors” or
“human factors”. The definitions of ergonomics and human factors the same,
which is to study human nature based on its physical and psychological
strengths and limitations physically and psychologically. Both are applied in
the design of work facilities and daily living facilities.
Ergonomics
is related to other fields such as psychology, anatomy, physiology, physics,
and engineering. One of the branches of industrial engineering and industrial
design is ergonomics. When ergonomics is studied further, it has been proven
that it is inseparable from systems theory. In fact, the world is a collection
of systems, and each system runs and works systematically.
Frederick
Taylor and Gilberth's partner conducted movement studies in the 1800s,
prompting thinking about ergonomics. Taylor emphasized that, although human
work and activities are simple, they must be analyzed and improved to maximize
human performance. This theory aligned with Gilberth, who sought to analyze and
assess the way work was performed. Gilberth divided actions into basic movement
components called Therblig, and then eliminated unsuccessful and repetitive
movements. Output can be increased by redesigning work methods by eliminating
these ineffective movements.
It was
Taylor and Gilberth's early thinking that created the study of motion and time
and human engineering. Many businesses use these ideas for the analysis and
design of human-machine interaction in the production process. Productivity
improvement should be led by management, not just people and machines.
Jastrzebowski first used the term ergonomics in his work Ergonomics; The Sciene
of Work in 1857. However, this work is less well known as the concepts of this
science continue to evolve.
Many
criticisms of the weaknesses of Taylor's views in the 1920s and 1930s caused
thinking about productivity to evolve. It was now recognized that social and
environmental factors affect productivity. During this time, studies on how
lighting, rest periods, duration of working hours, and fatigue affect human
productivity began. Studies on human behavior and relationships in the
workplace also increased. At this time, the science of human engineering began
to get better thanks to experiments on social environmental treatment.
The
forerunner of ergonomics continued to develop until the second world war. At
this time, the field of operations research was booming on how to organize and
optimize logistics during the war. The science of ergonomics emerged as a
result of the belief that the concept of human and machine systems was not
sufficient to increase optimal productivity. The current situation is that many
companies are trying to increase their productivity by implementing new methods
and purchasing new machines. They also wanted to optimize the design of work
methods and began to create tools to measure human intelligence and
personality. “Fit the man to the job” thinking is this type of thinking. People
need to be conditioned so that they can fit themselves into their jobs. Once
humans are forced to fit in, design should be focused on the design of the
workplace and its facilities.
This view
later became controversial due to the fact that humans have enormous diversity
physically, and it is difficult to force people to adjust to working in work
facilities that are not well designed for their comfort. Then came the
philosophy of FJM, or “fitting work to people”. This method would benefit
people because the design of work systems must consider human physiology,
psychology, and anatomy.
In 1949,
Murrell again used the term ergonomics in the UK. Murrell concentrated on
making tools and workplaces adapted to anatomy, physiology, health science,
design, architecture, and lighting techniques. In Europe, ergonomics was
originally considered part of the biological sciences, but in the US, a similar
discipline is called human factors and is considered part of the science of
physiology combined with human engineering, psychology, and engineering.
Although
the two are on different development paths, human factors and ergonomics have a
lot in common. While European ergonomics has traditionally focused more on
basic science or specific topics or application areas and developed more
slowly, human factors began to be incorporated into design to meet human needs.
Today, the conversation about human factors and ergonomics has been far
sidelined. Even in the United States, the Society of Human Factors and
Ergonomics is the term used by organizations that study human factors. This
shows that the two terms are actually related to each other. Most notably, both
use the “fit the job to the man” (FJM) approach.
At first,
the focus of ergonomics concentrated on physical ergonomics, such as lifting
weights, repetitive motions, and work environments such as noise and lighting.
It then concentrated on cognitive ergonomics, which addresses perception,
concentration, and decision-making. By applying this science to the design of
equipment, workstations, products and work methods, the ergonomics approach
aims to help humans improve their performance in an optimal way. All human limitations and capabilities are
considered in these designs. If ergonomics principles are not applied when
building a production system, many problems can arise such as occupational
safety and health, low work motivation, high human error, employee turnover,
poor product quality, and non-achievement of production targets.
Ergonomics
practitioners assist in the planning, design, and evaluation of tasks, jobs,
products, organizations, environments, and systems to make them compatible with
human needs, abilities, and limitations.
Ergonomics Objectives:
1. Improving Productivity: The goal of ergonomics is to
create a productive and quality work system by providing workers with comfort
and convenience.
2. Reduce Risk of Injury: By creating a suitable working
environment, ergonomics helps reduce the risk of injury or occupational
diseases, such as musculoskeletal disorders (MSDs) and physical fatigue.
3. Improve Occupational Health and Safety: Ergonomics
helps create a safe and comfortable work environment, which can improve the
physical and mental health of employees.
4. Improves Employee Performance: Ergonomics can improve
employee performance by reducing stress and increasing work happiness.
5. Creating an effective, comfortable, safe, healthy and
efficient environment (ENASE).
Basic Principles of Ergonomics
1. Human centered design
A design paradigm that prioritizes human
psychophysilogical conditions, needs, and behaviors during the process of
creating products or interactive systems. By prioritizing user needs as the
main point of design, HCD aims to create systems that are effective, easy to
use, and safe.
2. Fit the job to the man
The concept of adapting jobs to human physical and
psychological characteristics to increase comfort and productivity. This
concept focuses on the design of tasks, equipment, and work environments to fit
human capabilities, rather than the other way around, where humans must adjust
to the demands of the job.
3. People are different
Requires adjustments to people, because every human
being is different.
4. There is no the best way, but there is always a better
way
“There is no best way, but there is always a better
way” Optimize systems and processes by constantly seeking improvements to
existing methods.
5. Ergonomics is economics
The relationship between ergonomics and economics is
very close because the use of ergonomics can produce many economic benefits,
such as increased work efficiency and productivity, reduced health costs, and
improved quality of life for employees.
Referensi
Masruri, A. A., & Patradhiani, R. (2019). Faktor
Ergonomi Terkait Kenyamanan Ruang Kelas Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Palembang. Integrasi: Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 4(1), 40-48.
Yusuf, M., Oesman, T. I., & Wicaksono, N. A.
(2020). Pemberdayaan karyawan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
berbasis fault tree analysis. Jurnal Ergonomi Indonesia vol, 6(01).
Juliana, N., Wibowo, A. H., Setiorini, A., Noverial,
N., Hadju, V. A., Sekarjati, K. A., ... & Darsono, K. (2023). Ergonomi dan
Faal Kerja.
Putro, W. W., & Sari, S. I. K. (2018). Ergonomi
untuk Pemula:(Prinsip Dasar & Aplikasinya). Universitas Brawijaya Press.
Safitri,
D. M., Septiani, W., Azmi, N., Rizani, N. C., & Rahmawati, N. (2023). Ergonomika.
Nas Media Pustaka.
Nama : Windy Rahmaningsih
NPM : 20323017
Alamat situs kampus: https://digitechuniversity.ac.id/
Media sosial prodi : @ti.digitech
Media sosial pribadi : @wndyyrhmm
Komentar
Posting Komentar